Text
[DIG] Sebelas Patriot
Digital Collection, gunakan Handphone atau Laptop untuk membacanya!
Novel Sebelas Patriot adalah buku yang di tulis oleh Andrea Hirata. Buku
ini menceritakan tentang cinta seorang anak, pengorbanan seorang ayah, dan
kegigihan dalam menggapai mimpi-mimpi.
Novel ini mengisahkan seorang anak yang bernama Ikal yang bermimpi
untuk menjadi pemain sepak bola dan menjadi kebanggaan ayahnya. Kecintaan
Ikal pada bola berawal dari ketika ia menemukan album foto yang disembunyikan
dari orang tuanya. dari rasa penasaran itulah akhirnya Ikal menemukan bagaimana
ayahnya menjadi seperti saat ini – pria yang jalannya terpincang-pincang, dengan
punggung penuh luka. Kegigihannya menyibak kisah dari selembar foto itu
membawanya pada kisah-kisah tentang kekejaman penjajahan pada saat itu.
Ayah Ikal, pada masa mudanya adalah seorang bungsu dari tiga bersaudara
yang sangat mencintai sepakbola. Ayah Ikal berperan sebagai pemain sayap kiri.
Kepiawaian mereka di lapangan sepakbola dianggap Belanda, yang zaman itu
menduduki Indonesia, sebagai ancaman yang tidak main-main.
Van Holden, sebagai utusan VOC di Indonesia, memahami bahwa
keberadaannya di negeri ini berkaitan juga dengan politisi utusan ratu Belanda.
Setiap aspek, termasuk sepak bola, adalah politik, dan ia akan menggunakannya
untuk satu tujuan yaitu melanggengkan pendudukan Belanda di Indonesia.
Lagipula selama ini tak ada yang berani mengalahkan tim sepakbola gabungan
Belanda. Maka, kepopuleran tiga bersaudara itu dapat mengancamnya dari dua
sisi. Simpati pada tiga bersaudara itu dapat berkembang menjadi lambang
pemberontakan sekaligus mengancam kejayaan tim sepakbola Belanda. Mau tidak
mau mereka harus dibungkam.
Demi untuk memuluskan tujuannya, Van Holden melakukan berbagai
cara. Dari melarang ketiga saudara itu tampil dalam kompetisi sepak bola sampai
mengurung dan memberlakukan hukuman kerja rodi kepada pelatih dan tiga
bersaudara itu. Sekembali dari pulau buangan, tiga saudara kembali bekerja di
parit tambang. Tak lama kemudian ada kompetisi bola antara tim Belanda
melawan para kuli parit tambang. Sebelas pemain, sebelas patriot, termasuk di
dalamnya tiga bersaudara kembali bermain.
Pertandingan itu dimenangkan oleh tim parit tambang dengan skor 1-0.
Gol satu-satunya yang dicetak oleh si bungsu. Ribuan penonton menyerbu
lapangan dan si bungsu, Ayah Ikal, seperti kebiasaannya setiap bermain,
meneriakkan Indonesia! Indonesia!. Kalimat itu disambut oleh teriakan ribuan
penonton lainnya. Indonesia! Indonesia! Teriakan penuh semangat yang
membahana dan tanpa henti. Belanda berang mendengarnya.
Usai pertandingan pelatih dan tiga bersaudara diangkut ke tangsi. Mereka
dikurung selama seminggu. Ayah Ikal pulang dengan tempurung kaki kiri yang
hancur. Sejak saat itu ia tidak bisa bermain sepak bola lagi.
Kecintaan Ayah pada sepak bola dan PSSI, kemudian membuat Ikal
bertekad untuk menjadi pemain sepakbola dan bergabung dengan tim PSSI.
Moral pesan dari buku ini adalah cinta. Cinta yang membuat kita dapat
berdiri tegak. Cinta yang membuat kita sekuat tenaga meraih kemenangan. Dan
itu adalah cinta yang kita persembahkan untuk negeri ini, tanah air Indonesia.
DIGB24012S | 899.221 3 HIR s | Website Perpustakaan (Digital Collection) (Website Perpustakaan) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain